MATEMATIKA SEBAGAI ILMU BERSIFAT DEDUKTIF
Matematika sebagai ilmuyang dedukatif, hal lebih utama bagi matematika bukanlah sasaran-sasarannya,
melainkan metode logika atau metode pembuatan kesimpulan yang dipakai. Oleh
karena itu, dalam abad ke-20 ini terdapat pendirian yang memandang matematika
sebagai suatu metode pemikiran. Dalam pernyataan Morris Kline: Terutama
matematika adalah suatu metode penyelidikan yang dikenal sebagai pemikiran berdasarkan postulat. Metode itu
terdiri dari merumuskan secara seksama defenisi-defenisi tentang
pengertian-pengertian yang akan dibahas dan menyebutkan secara tegas
patokanpikir-patokanpikir yang akan merupakan dasar bagi penalaran. Dari
defenisi-defenisi dan patokanpikir-patokanpikirt ini diturunkanlah
kesimpulan-kesimpulan dengan menerapkan logika paling ketat yang mungkin
dipakai orang.
Pembuatan
kesimpulan dari patokanpikir-patokanpikir yang telah ditentukan di muka itu
lazim disebut penalaran dedukatif, penyimpulan secara deduktif, atau acapkali
deduktif saja. Matematika menyangkut penyimpulan dari kumpulan aksioma yang
ditetapkan pada berbagai sistem matematika,dan kesimpulan-kesimpulannya
hanyalah diterimah setelah ditetapkan berdasarkan deduksi.Tanpa pembuktian
deduktif yang paling ketat dari patokanpikir-patokanpikir yang disebutkan
secara tegas,maka tidak ada matematika menurut Bell.
Berhubung
ddengan itu,matematika kadang-kadang dianggap sebagai suatu cabang dari ilmu
tentang pembuatan kesimpulan.Pembuatan kesimpulan pertama-tama dinyatakan oleh
ahli matematika Benjamin Perce(1809-1880). Dalam karangannya yang terbit pada
1881 dirumuskannya bahwa “mathematics is the science which draws
necessary conclusions” (matematika adalah
ilmu yang menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu).
Perumusan
Peirce itu sebagaimana perumusan Russel tentang matematika murni dimuka juga
sangat terkenal dan kedua-duanya merupakan ucapan yang paling banyak
diikutip oleh pengarang-pengarang buku
matematika. Kalau Perumusan Russell menekankan sifat matematika yang abstrak, perumusan Peirce menunjukkan sifat
deduktif dari matematika.Tetapi, seperti halnya perumusan Russell yang
sesungguhnya tidak menjelaskan apakah matematika itu, Perumusan Peirce ini juga
agak kabur dan dapat meliputi banyak hal yang bukan matematika. Misalnya belum jelas
apakah yang dimaksud dengan “kesimpulan-kesimpulan yang perlu” itu.
MATEMATIKA MERUPAKAN ILMU BERSIFAT ABSTRAK
Perumusan
matematika tidak selesai dengan ditentukannya hubungan, pola, bentuk, dan
rakitan sebagai sasarannya. Keempat sasaran itu hanyalah semakin menegaskan
bahwa matematika menyangkut pengertian-pengertian abstrak. Dalam matematika
dawasa ini, sifat-sifat dari
pengertian-pengertian abstrak itulah yang ditelaah. Bahkan menurut Salomon
Bochner, matematika tidak berhubungan dengan perwujudan-perwujudan dan
benda-benda dari dunia luar, melainkan hanya dengan hal-hal dan
hubungan-hubungan yang merupakan gambaran-gambaran yang diciptakannya sendiri.
Dengan ini lahirnya pendapat yang
menganggap matematika sebagai “the study of abstract systems”, I.e., as the
studyof ‘games ‘ which are played with
abstract objects whose behavior is characterized with given sets of rules.
“(penelaahan tentang sistem-sistem abstrak, yakni sebagai penelaahan tentang
‘permainan-permainan’ yang dimainkan dengan sarana-sarana abstrak yang
diperilakunya dicirikan dengan kumpulan-kumpulan aturan-aturan yang ditentukan)
Pendapat itu
adalah sesuai dengan pendirian filsuf Charles Sanders Peirce (1839-1914) yang
menyatakan bahwa matematika tidak berhubungan dengan keadaan senyatanya dari
benda-benda, melainkan semata-mata dengan keadaan pengandaian dari benda-benda.
Batasannya tentang matematika berbunyi sebagai berikut: “Mathematics is the study of what is tru of hypothetical
state of things. That is it essence and definition. “(Matematika adalah
penelaahan tentang apa yang benar mengenai keadaan pengandaian dari
benda-benda. Itulah saripatih dan batasannya.)
Dengan
demikian, matematika tergolong sebagai ilmu yang bersifat abstrak atau sering
kali disebut juga matematika murni (pure mathematics). Karena ciri-cirinya yang
abstrak dan murni itu, Bertrand Russell membuat perumusan dalam 1901 yang
sampai sekarang sangat terkenal dan bunyinya demikian:
“Thus mathematics may be defined as
the subject in which we never know what we are talking about nor whether what
we are saying is tru,”
(Dengan demikian, matematika dapat
didefenisikan sebagai mata pelajaran yang didalamnya kita tak perna mengetahui
apa yang sedang kita bicarakan maupun apakah yang kita katakan adalah benar)
Perumusan Russell
yang tampaknya seperti sebuah olok-olok itu menurut beberapa ahli matematika
sesungguhnya merupakan suatu lukisan yang cermat tentang matematika murni,
sedang Bell menyatakan bahwa perumusan itu menekankan sifat abstrak yang
sepenuhnya dari matematika. Perumusan Russell itu sesungguhnya bukan suatu
defenisi matematika melainkan sebuah pelukisan dengan semacam sajak pendek
tentang ciri-ciri matematika murni atau matematika abstrak yang tumbuh dalam
abad ke-20 ini.
Makna perumusan
Russell itu adalah bahwa setiap sistem matematika sebagai landasannya yang penghabisan
berpangkal pada unsur-unsur yang tidak diterangkan lebih lanjut. Dengan kata
lain, semua rumusan dalam matematika pada akhirnya didasarkan pada
istilah-istilah yang tak diuraikan artinya (undefined terms). Istilah-istilah itu
dalam bentuknya sebagai lambang-lambang belaka tidak memiliki arti dari dunia
kenyataan, bahkan boleh dikatakan kosong dari sesuatu pengertian atau tidak
mengandung isi apa-apa. Oleh karena itu, para ahli matematika tidak mengetahui
apa yang sedang dibicarakannya dalam matematika. Sebagai contoh sederhana
misalnya apabila orang memperbincangkan tentang (x+y)2 = x2
+2xy+y2, ia tidak mengetahui apa isinya lambing x dan y itu selama
bergerak dalam bidang matematika abstrak.
Demikianlah artikel kami mengenai matematika sebagai ilmu bersifat deduktif dan abstrak. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan sampai jumpa lagi dipostingan berikutnya.
(Dengan demikian, matematika dapat didefenisikan sebagai mata pelajaran yang didalamnya kita tak perna mengetahui apa yang sedang kita bicarakan maupun apakah yang kita katakan adalah benar)
Perumusan Russell yang tampaknya seperti sebuah olok-olok itu menurut beberapa ahli matematika sesungguhnya merupakan suatu lukisan yang cermat tentang matematika murni, sedang Bell menyatakan bahwa perumusan itu menekankan sifat abstrak yang sepenuhnya dari matematika. Perumusan Russell itu sesungguhnya bukan suatu defenisi matematika melainkan sebuah pelukisan dengan semacam sajak pendek tentang ciri-ciri matematika murni atau matematika abstrak yang tumbuh dalam abad ke-20 ini.
Demikianlah artikel kami mengenai matematika sebagai ilmu bersifat deduktif dan abstrak. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan sampai jumpa lagi dipostingan berikutnya.
Good
ReplyDelete