Ensiklopedia Matematika - sahabat-sahabat sekalian, pada postingan kali ini kami akan membahas tuntas mengenai keterbagian bilangan bulat. Sebenarnya keterbagian bilangan bulat ini bukan hal yang baru dalam hidup kita, sejak SD kita telah mempelajari pembagian bilangan bulat, yang itu merupakan bagian materi dari keteerbagian bilangan bulat. Untuk lebih lanjut silahkan disimak penjelasannya dibawah ini :
Sifat-sifat
yang berkaitan dengan keterbagian
merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga konsep tentang
keterbagian. Jika suatu bilangan bulat dibagi oleh suatu bilangan bulat, atau
bukan bilangan bulat. Misalnya, jika 36 dibagi 6
maka hasil baginya adalah 6 merupakan bilangan bulat.
Sifat-sifat
yang berkaitan dengan keterbagian merupakan dasar pengembangan teori bilangan,
sehingga konsep tentang keterbagian akan banyak dijumpai dalam uraian
selanjutnya. Konsep keterbagian juga sering muncul dalam buku-buku yang
membahas struktur aljabar atau aljabar modern.
Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) merupakan kosep turunan dari
keterbagian bilangan bulat. Sifat-sifat
yang berkaitan dengan keterbagian merupakan dasar pengembangan teori bilangan dalam Matematika.
Jika suatu bilangan bulat
dibagi oleh suatu bilangan bulat yang lain, hasil pembagiannya adalah bilangan
bulat atau bukan bilangan bulat.
Defenisi 5.1
Suatu bilangan bulat a≠0 membagi habis bilangan bulat b,
(ditulis a|b) jika dan jika ada bilangan bulat k sehingga b=ak, atau dapat
dituliskan dengan simbol : V a, b € Z, a | b ↔ ≡ k € Z э b=ak; a≠0
Teorema 5.1
Jika diketahui bilangan bulat a dan b dengan a≠0 dan ada
bilangan bulat k sehingga berlaku b =ak, maka k tunggal
Jika a, b dan c bilangan bulat, a|b dan b|c maka a|c.
Secara ringkas dapat ditulis dengan simbol : a|b ^ b|c → a|c; a,b,c € Z
Definisi:
Relasi
bilangan adalah Bilangan bulat a membagi (habis) bilangan bulat b ditulis a ׀ b, jika dan hanya jika ada bilangan bulat
k sedemikian hingga b = ka. Jika a tidak membagi (habis) b, maka ditulis a b.
Contoh:
5
׀
30, Karena ada bilangan bulat yaitu 6, sedemikian hingga 5,6 = 30
7
׀
-21, sebab ada bilangan bulat, yaitu -3, sedemikian hingga 7, (-3) = -21
-6
׀
24, sebab ada bilangan bulat, yaitu
-4,
sedemikian hingga (-6)(-4) = 24
8
27, sebab tidaka ada bilangan bulat k,
sedemikian hingga 8k = 27
Bilanagan
bulat k pada definisi 2.1 tersebut adalah tunggal, sebab apabila ada bilangan
bulat m selain k sedemikian hingga
b = ma dan
b= ka,
maka ma = ka,
sehingga m = k,
jika
a = 0 dan b ≠ 0, maka tidak ada bilangan k sehingga b = ka.
Tetapi
jika a = 0 dan b = 0, maka k tidak tunggal agar berlaku b = ka.
Istilah:
Untuk seterusnya istilah “membagi habis”
dan “terbagi habis” berturut-turut
disingkat menjadi “membagi” dan “terbagi” . “a membagi b” dan “b terbagi
a” keduanya ditulis “a ׀
b”. istilah-istilah lain yang mempunyai arti sama dengan a ׀ b adalah “ a ialah faktor dari b”. “a
ialah pembagi dari b” ialah kelipatan dari a”.
Apabila
a׀
b dan k adalah bilangan-bilangan bulat dengan a ≠ 0 dan b = ka, maka k disebut
hasil bagi (quotient) dari b oleh a.
disebut pula bahwa k adalah faktor dari b yang menjadi komplemen ( sekawan)
dari a, atau dengan singkat dikatakan bahwa a dan k adalah pembagi-pembagi
sekawan ( komplementer) dari b.
Apabila
a ׀
b, menurut definisi, maka ada bilangan bulat k sehingga b = ka, dan jika
diketahui pula b ׀
c, maka ada bilangan bulat m sehingga c = mb. Karena b = ka, maka c = maka,
sehingga menurut definisi diperoleh a׀ c. hal ini berarti relasi keterbagian pada
himpunan bilangan bulat mempunyai sifat transitif. Sifat ini dinyatakan sebagai
teorema berikut:
Teorema 2.1 Jika a ׀ b dan b ׀ c maka a ׀ c.
Apabila
a ׀
b yaitu a membagi habis b, maka a membagi habis stiap kelipatan b, yaitu a ׀ mb, untuk setiap bilangan bulat m.
Hal
ini dinyatakan sebagai teorema berikut ini.
Teorema 2.2 Jika a ׀ b dan a ׀ mb, untuk setiap bilangan bulat m.
Apabila
a ׀
b dan a ׀
c, menurut definisi maka diperoleh b =
ka dan c = ma untuk bilangan-bilangan bulat k dan m.
Dari dua kesamaan ini dapat diperoleh bahwa:
(i)
b + c = (k + m)a berarti a ׀ (b + c )
(ii)
b – c =
(k – m)a berarti a ׀
(b – c)dan
(iii)
b
c = (kma) a berarti a ׀ bc
ketiga kesimpulan ini dinyatakan
sebagai teorema berikut ini.
Teorema 2.3. Apabila a ׀ b dan a ׀ c, maka a ׀ (b
+ c), a ׀
(b – c) dan a ׀
bc.
Teorema
terakhir ini dapat ditulis dalam sebuah
pernyataan yang dinyatakan dalam teorema
berikut ini yang bisa disebut sifat linieritas.
Teorema 2.4.
(sifat linieritas)
Apabila
a ׀
b dan a ׀
c maka a ׀
(mb + nc) untuk setiap bilangan bulat m dan n.
Bukti
: Karena a ׀
b dan a ׀
c, menurut teorema 2, maka a ׀ mb dan a ׀
nc untuk setiap bilangan-bilangan bulat m dan n. selanjutnya, menurut teorema
3, maka a ׀ (mb + nc).
Teorema 2.5
(i)
a ׀ b untuk setiap bilangan bulat a (sifat
reflektif)
(ii)
jika a ׀ b maka ma ׀ mb untuk setiap bilangan bulat m.
(iii)
jika ma ׀ mb dengan m ≠ 0, maka a ׀ b.
(iv)
I ׀ a dan a ׀ 0
(v)
Jika 0 ׀ a maka a = 0 (nol hanya membagi nol)
(vi)
Jika a ׀ b dengan b ≠ 0, maka ׀ a ׀ ≤ ׀ b ׀
Download This File
Terima kasih telah mengunjungi blog kami, semoga artikel keterbagian bilangan bulat ini memberikan manfaat bagi kita semua. Dan kita memliki pemahaman yang lebih tentang Ensiklopedia Matematika.
Terima kasih telah mengunjungi blog kami, semoga artikel keterbagian bilangan bulat ini memberikan manfaat bagi kita semua. Dan kita memliki pemahaman yang lebih tentang Ensiklopedia Matematika.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar dengan bahasa yang sopan dan sesuai dengan topik pembahasan